Pulsagram, Aset Mandiri, KSU-Nuari, Kursus Online Kondisi emosi biasanya akan mempengaruhi kinerja organ-organ tubuh kita, bahkan bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit tertentu. Dalam tulisan ini, kita membatasinya pada penyakit jantung. Misalnya dalam keadaan marah, aliran darah akan makin deras karena jantung berdegup lebih cepat. Keadaan emosi seperti itu memberikan akibat yang buruk bagi jantung. Rasa marah, gelisah, benci, atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan lainnya sebaiknya dihindarkan dari fikiran kita. Biasakan bersikap tenang menghadapi segala macam keadaan. Sikap seperti itu akan memberikan akibat yang positif bagi kesehatan kita, dan disamping itu bisa membuat kita untuk berfikir lebih jernih menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
Menurut data yang ada, penyakit jantung koroner sudah menjadi penyakit yang paling prevalen dan dikabarkan menjadi pembunuh utama di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir ini, angka jumlah korbannya semakin meningkat.
Perkembangan peradaban yang makin maju membuat permasalahan yang kita hadapi dalam hidup ini makin kompleks. Perubahan-perubahan yang dengan cepat terjadi telah menimbulkan kondisi stress dan emosional pada banyak orang yang justru menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit jantung koroner. Itu disamping beberapa faktor utama lainnya, misalnya kebiasaan merokok, karena faktor keturunan, darah tinggi, dislipidemia, dan diabetes. Pada perkembangan selanjutnya ternyata faktor stress memiliki peranan serius dalam perkembangan penyakit ini. Bahkan ketika terjadi syndrome koroner akut, faktor stress membuat kondisi penderita semakin parah.
Secara umum penyakit jantung koroner disebabkan karena tidak adanya keseimbangan ketersediaan oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung. Ketidak seimbangan ini biasanya disebabkan oleh :
- Kecenderungan terjadinya pembekuan darah (trombus) tidak oklusif pada plak yang sudah ada.
- Obstruksi dinamik (spasme koroner atau vasokonstriksi).
- Obstruksi mekanik yang progresif
- Inflamasi dan atau infeksi
- Faktor atau keadaan pencetus
Penyempitan koroner yang bermula dengan atherosclerosis (pengerasan dan penebalan dinding pembuluh darah arteri akibat plak) dan hingga terjadi syndrome koroner akut melalui tahapan berikut ini. Awalnya muncul rasa nyeri pada dada dengan cirri-ciri rasa nyeri di belakang tulang dada dan dada kiri. Lokasi rasa nyeri itu menyebar hingga sulit ditunjukkan oleh si penderita. Rasa nyeri juga akan terasa pada ulu hati sehingga sering disalah artikan sebagai sakit maag. Bahkan rasa nyeri juga bisa menjalar hingga ke daerah dagu. Penderita merasa seperti ditekan, ditusuk, terbakar atau tercekik pada leher.
Stress emosional bisa menjadi faktor resiko penyakit jantung koroner. Emosi yang tidak stabil akan memperburuk kondisi penderita karena hipertensi yang menjadi sulit dikendalikan. Penyebabnya karena stress dapat memicu pusat cortico hypothalamic pada otak yang memberikan efek pada jantung. Jantung menjadi makin cepat berdegup karena adanya peningkatan respon simpatik dan penurunan aktifitas vagal, resistensi pembuluh darah arteri, sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Disamping itu stress emosional juga akan menjadi faktor yang mempersulit penderita. Saat serangan jantung terjadi, keluhan nyeri dada bisa menimbulkan rasa cemas yang berlebihan. Keluhan itu biasanya diikuti keluhan lainnya, misalnya lemas, mual, muntah, dan tentu saja dada yang terasa makin berdebar. Itu makin membuat penderita merasa cemas. Dalam situasi seperti itu diperlukan pendekatan dari petugas medis dengan memberikan pengertian yang benar dan penangan perawatan di gawat darurat yang menyejukkan.
Perawatan gawat darurat dimulai dengan obat jantung khusus, lalu dilanjutkan dengan perawatan intensif jantung di ruangan Intensive Cardio Vaskuler Care Unit (ICVCU) atau ICCU (Intensive Coronary Care Unit). Saat perawatan ICCU atau ICVCU penderita biasanya masih merasakan gejala-gejala serangan jantung. Untuk itu diperlukan perawatan yang lebih tenang, hati-hati, dan kondusif. Penderita harus berada di ruangan yang nyaman dan selalu dimonitor oleh perawat jaga.
Petugas medis dan keluarga si penderita harus memulai pembinaan psikologis dengan pola baru, misalnya bimbingan spiritual yang baik dan pembinaan pengendalian emosional dengan memberi prinsip-prinsip hidup yang benar serta motivasi yang terarah. Dengan bimbingan seperti itu penderita akan merasa memiliki harga diri, masa depan yang lebih baik, kestabilan emosi, dan dukungan spiritual yang kuat. Semua itu akan cepat membantu memulihkan kesehatannya.